Secara
definitive, pelacakan terhadap term sekularisme bisa dilihat dari akar kata
yang membentuknya; yakni sekuler, sekularisme, dan sekularisasi. Dari ketiga
kata tersebut memiliki makna yang berbeda-beda dan memiliki pengertian yang
berbeda pula tentunya.
1.
Sekuler
Pada abad ke-19 diartikan sebagai
kekuasaan, bahwa gereja tidak berhak ikut campur dalam bidang ekonomi, politik
dan ilmu pengetahuan. Dalam kamus kontemporer, sekuler diartikan pertama, berkenaan
dengan hal duniawi, dan kedua, tidak diabdikan untuk kepentingan agama.
Dan atas dasar inilah, maka sekuler
menjadi semacam pertentangan antara masalah agama dan non agama, worldly not
religious or spiritual.
2.
Sekularisasi
Dari akar kata sekuler kemudian
terbentuklah kata sekularisasi. Pengertian sekularisasi sering diartikan
sebagai pemisahan antara urusan Negara (politik) dan urusan agama, atau
pemisahan antara urusan duniawi dan ukhrawi (akhirat).
Menurut seorang pengamat sosial
politik Barat, Paul H. Landis, sebagaimana dikutip pardoyo, menulis : “The
trend a way seculer and rational interpretation is known as secularization”.
Sementara dalam kamus kontemporer,
sekularisasi bisa diartikan memisahkan diri dari lembaga keagamaan, mengambil
alih milik gereja (agama).
Sedangkan menurut Harver Cox,
sekularisasi menjadi semacam pembebasan manusia dari asuhan agama dan
metafisika, pengalihan perhatiannya dari dunia lain menuju dunia kini.
3.
Sekularisme
Sekularisme adalah merupakan nama
sebuah ideology, ia adalah sebuah pandangan hidup baru yang tertutup yang
fungsinya sangat mirip dengan agama.
Istilah sekularisme sendiri pertama
diperkenalkan oleh George Jacob Holyoake pada tahun 1846. Ia berpendapat bahwa
:
“Secularism is an athical system
founded on the principle of natural morality and independent of revealed or
supernaturalism”.
Jadi islam sendiri sangat bertolak
belakang dengan konsep sekularisme ini, karena sekularisme cenderung diartikan
sebagai membangun struktur kehidupan tanpa dasar agama .
Berikut ini table perbedaan islam
dan sekularisme sebagaimana mengutip keterangan diatas :
Sekularisme
|
Islam
|
Buatan
manusia
|
Buatan Tuhan
|
Orientasi keduniawian
|
Menekankan Dunia dan Akhirat
|
Menekankan akal, observasi dan eksperimen
|
Menekankan wahyu, akal, observasi
dan pengalaman
|
Mempercayai humanism
|
Mempercayai humanisme tetapi dalam
kerangka syari’ah
|
Memisahkan agama dan politik
|
Menyatukan agama dan politik
|
Memposisikan agama hanya dalam
urusan personal
|
Mengatur semua aspek kehidupan
|
Lalu hubungan sekularisme dan JIL di
Indonesia tidak terlepas dengan sosok Nur Cholis Madjid atau biasa disebut
dengan Cak Nur yang menjadi Founding Fathers paham konsep ini.
Sebagai penggagas sekularisasi di
Indonesia, Cak Nur menjadikan sekularisasi sebagai sebuah proses penduniawian.
Sekularisasi disini tidaklah dimaksudkan sebagai penerapan sekulerisme dan
mengubah kaum muslimin menjadi sekularis. Tapi dimaksudkan untuk menduniawikan
nilai-nilai yang sudah semestinya duniawi dan melepaskan umat islam dari
kecenderungan untuk mengukhrowikannya.
Dalam kaitan ini, Cak Nur
mengemukakan slogan yang sangat terkenal dan menurut kebanyakan orang dianggap
kontroversial, ia menyerukan, “Islam Yes, Partai Islam No”, yaitu sebuah seruan
deismisasi partai politik, yang oleh Cak Nur dinamai Sekularisasi.
Dan Cak Nur juga menyerukan bahwa
didalam islam ada konsep “Hari Dunia” dan “Hari Agama”. Hari Agama ialah masa
dimana hukum-hukum yang mengatur hubungan antara manusia tdak berlaku lagi, sedangkan
yang berlaku ialah hubungan antara Manusia dan Tuhan. Sebaliknya, pada Hari
Dunia yang sekarang kita alami dan jalani ini, belum berlaku hukum-hukum
akhirat. Hukum yang mengatur perikehidupan ialah hukum kemasyarakatan manusia.
Dalam kesempatan yang lain Cak Nur
juga mengatakan bahwa Islam itu bersifat hibrida atau amalgam dari berbagai
budaya, salah satu contoh, menara yang ada di masjid-masjid bukan berasal dari
budaya arab, tetapi mengadaptasi dari arsitektur Persia, arsitektur kaum
Majusi. “manarah” artinya tempat api, karena orang majusi kaum yang
menyembah Api (Zoroaster), memahami Tuhan sebagai Zat yang tak bisa
digambarkan. Tetapi, perkembangan islam mengharuskan muadzzin agar mampu
menyebarkan suara adzan agar mencapai radius sejauh mungkin. Jadilah kini
menara sebagai budaya islam.
Jikalau dirunut dari akar historis perkembangan pemikiran islam
yang ada di Indonesia, maka sesungguhnya wacana yang ditelurkan oleh JIL
bukanlah sebuah prestasi baru yang benar-benar orisinil. Cak Nur dan pemikiran
yang ia hasilkan, tampak telah menjadi semacam ruh bagi dinamika yang
berkembang dalam ruh JIL dan perkembangan paham Sekuler di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar