Minggu, 28 April 2013

ISLAM SEKULARISME DAN JIL (Drs. Maksun, M.Ag)



Secara definitive, pelacakan terhadap term sekularisme bisa dilihat dari akar kata yang membentuknya; yakni sekuler, sekularisme, dan sekularisasi. Dari ketiga kata tersebut memiliki makna yang berbeda-beda dan memiliki pengertian yang berbeda pula tentunya.
1.      Sekuler
Pada abad ke-19 diartikan sebagai kekuasaan, bahwa gereja tidak berhak ikut campur dalam bidang ekonomi, politik dan ilmu pengetahuan. Dalam kamus kontemporer, sekuler diartikan pertama, berkenaan dengan hal duniawi, dan kedua, tidak diabdikan untuk kepentingan agama.
Dan atas dasar inilah, maka sekuler menjadi semacam pertentangan antara masalah agama dan non agama, worldly not religious or spiritual.

2.      Sekularisasi
Dari akar kata sekuler kemudian terbentuklah kata sekularisasi. Pengertian sekularisasi sering diartikan sebagai pemisahan antara urusan Negara (politik) dan urusan agama, atau pemisahan antara urusan duniawi dan ukhrawi (akhirat).
Menurut seorang pengamat sosial politik Barat, Paul H. Landis, sebagaimana dikutip pardoyo, menulis : “The trend a way seculer and rational interpretation is known as secularization”.
Sementara dalam kamus kontemporer, sekularisasi bisa diartikan memisahkan diri dari lembaga keagamaan, mengambil alih milik gereja (agama).
Sedangkan menurut Harver Cox, sekularisasi menjadi semacam pembebasan manusia dari asuhan agama dan metafisika, pengalihan perhatiannya dari dunia lain menuju dunia kini.

3.      Sekularisme
Sekularisme adalah merupakan nama sebuah ideology, ia adalah sebuah pandangan hidup baru yang tertutup yang fungsinya sangat mirip dengan agama.
Istilah sekularisme sendiri pertama diperkenalkan oleh George Jacob Holyoake pada tahun 1846. Ia berpendapat bahwa :
“Secularism is an athical system founded on the principle of natural morality and independent of revealed or supernaturalism”.
Jadi islam sendiri sangat bertolak belakang dengan konsep sekularisme ini, karena sekularisme cenderung diartikan sebagai membangun struktur kehidupan tanpa dasar agama .
Berikut ini table perbedaan islam dan sekularisme sebagaimana mengutip keterangan diatas  :

Sekularisme
Islam
Buatan manusia
Buatan Tuhan
Orientasi keduniawian
Menekankan Dunia dan Akhirat
Menekankan akal, observasi dan eksperimen
Menekankan wahyu, akal, observasi dan pengalaman
Mempercayai humanism
Mempercayai humanisme tetapi dalam kerangka syari’ah
Memisahkan agama dan politik
Menyatukan agama dan politik
Memposisikan agama hanya dalam urusan personal
Mengatur semua aspek kehidupan

Lalu hubungan sekularisme dan JIL di Indonesia tidak terlepas dengan sosok Nur Cholis Madjid atau biasa disebut dengan Cak Nur yang menjadi Founding Fathers paham konsep ini.
Sebagai penggagas sekularisasi di Indonesia, Cak Nur menjadikan sekularisasi sebagai sebuah proses penduniawian. Sekularisasi disini tidaklah dimaksudkan sebagai penerapan sekulerisme dan mengubah kaum muslimin menjadi sekularis. Tapi dimaksudkan untuk menduniawikan nilai-nilai yang sudah semestinya duniawi dan melepaskan umat islam dari kecenderungan untuk mengukhrowikannya.
Dalam kaitan ini, Cak Nur mengemukakan slogan yang sangat terkenal dan menurut kebanyakan orang dianggap kontroversial, ia menyerukan, “Islam Yes, Partai Islam No”, yaitu sebuah seruan deismisasi partai politik, yang oleh Cak Nur dinamai Sekularisasi.
Dan Cak Nur juga menyerukan bahwa didalam islam ada konsep “Hari Dunia” dan “Hari Agama”. Hari Agama ialah masa dimana hukum-hukum yang mengatur hubungan antara manusia tdak berlaku lagi, sedangkan yang berlaku ialah hubungan antara Manusia dan Tuhan. Sebaliknya, pada Hari Dunia yang sekarang kita alami dan jalani ini, belum berlaku hukum-hukum akhirat. Hukum yang mengatur perikehidupan ialah hukum kemasyarakatan manusia.
Dalam kesempatan yang lain Cak Nur juga mengatakan bahwa Islam itu bersifat hibrida atau amalgam dari berbagai budaya, salah satu contoh, menara yang ada di masjid-masjid bukan berasal dari budaya arab, tetapi mengadaptasi dari arsitektur Persia, arsitektur kaum Majusi. “manarah” artinya tempat api, karena orang majusi kaum yang menyembah Api (Zoroaster), memahami Tuhan sebagai Zat yang tak bisa digambarkan. Tetapi, perkembangan islam mengharuskan muadzzin agar mampu menyebarkan suara adzan agar mencapai radius sejauh mungkin. Jadilah kini menara sebagai budaya islam.
Jikalau dirunut dari akar historis perkembangan pemikiran islam yang ada di Indonesia, maka sesungguhnya wacana yang ditelurkan oleh JIL bukanlah sebuah prestasi baru yang benar-benar orisinil. Cak Nur dan pemikiran yang ia hasilkan, tampak telah menjadi semacam ruh bagi dinamika yang berkembang dalam ruh JIL dan perkembangan paham Sekuler di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar