Selasa, 12 Maret 2013
Jumat, 01 Maret 2013
Makalah Perkembangan Islam di Asia Tenggara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membicarakan masalah perkembangan Islam di kawasan Asia Tenggara bukanlah
suatu hal yang mudah. Kawasan yang secara geografis meliputi tujuh buah negara ini
sungguh mempunyai identitas dan kekhasannya yang tersendiri. Negara-negara Asia
Tenggara, terutama yang bergabung salam ASEAN, ditinjau dari segi sosiokultural
dan perkembangan Islam, kiranya dapat di kelompokkan ke dalam empat ke lompok,
yaitu negara-negara yang penduduk muslimnya amat sedikit, seperti
Thailand; negara-negera yang mayoritas warga negaranya beragama Islam, seperti
Malaysia; negara-negara yang pertumbuhan ekonominya cukup lumayan tetapi negara
tidak begitu memerhatikan masalah agama, seperti Singapore; dan negara yang
amat meperhatikan masalah agama, khususnya Islam seperti Brunei Darussalam.
Sejak beberapa tahun terakhir,
sejumlah pengamat dunia Islam atau islamicist di luar negeri memberikan
analisis dan komnetar yang positif tentang perkembangan Islam di Asia Tenggara,
Khususnya Indonesia dan Malaysia. Karakter terpenting Islam di Asia Tenggara
misalnya, watak yang lebih damai, ramah, dan toleran. Watak Islam seperti ini
diakui banyak pengamat atau orentalis di masa lalu. Di antaranya, Thomas W.
Arnold, dengan buku klasiknya, The Preaching of Islam (1950) yang menyimpulkan
bahwa penyebaran dan perkembangan history Islam di Asia Tenggara berlansung
secara damai; dalam istilah Arnold disebut sebagai penetration pacifigure.
Penyebaran Islam secara damai di
Asia Tenggara berbeda dengan ekspansi Islam di banyak wilayah Timu Tengah, Asia
Selatan, dan Afrika yang oleh sumber-sumber Islam di Timur Tengah disebut fath,
yakni pembebasan, yang sering melibatkan kekuatan militer. Meskipun futuh di kawasan-kawasan
yang disebutkan terakhir ini tidak selamanya berupa pemaksaan penduduk setempat
untuk memeluk Islam, akhirnya wilayah-wilayah ini mengalami ”Arabisasi” yang
lebih intens. Sebaliknya, penyebaran Islam di Asia Tenggara tidak pernah
disebut sebagai futuh yang disertai kehadiran kekuatan militer Muslim dari
luar. Hasilnya, Asia Tenggara sering disebut sebagai wilayah Muslim yang the
last Aribicized paling kurang mengalami
“Arabisasi”.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana perkembangan islam di kawasan Asia Tenggara?
- Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan di Asia tenggara ?
1.3 Tujuan Pembahasan
- Mengetahui perkembangan islam di kawasan Asia Tenggara.
- Memahami Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan di Asia tenggara.
Bab
II
Pembahasan
A. Proses
Masuknya Islam di Asia Tenggara
Islam masuk
ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi.
Hal ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan
melalui penaklulan Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan
damai, terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima
masyarakat Asia Tenggara.
Mengenai
kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hamper semuanya
didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para
pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan.
Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat
persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin
hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang
dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada
warga sekitar pesisir.
Penetrasi
Islam di Asia Tenggara dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap
pertama dimulai dengan kedatangan Islam yang kemudian diikuti dengan kemerosotandan akhirnya keruntuhan
Kerajaan Majapahit pada sekitar abad 14-15
2. Tahap ke
dua adalah sejak datangnya dan kemudian mapannya kekuasaan kolonialisme Barat
sampai awal abad ke 19
3. Tahap
ketiga adalah pada permulaan abad 20 terjadi “liberalisasi” sebagai kebijakan
pemerintah kolonial
Islam pada umumnya disebarkan secara damai (penetration pacifique).
Melalui perantara pedagang-pedagang Muslim dari Dunia Timur. Islamisasi
mengalami kendala karena masyarakat-masyarakat yang telah lama dipengaruhi oleh
askestisme Hindu-Budha dan sinkretisme penduduk lokal. Selain itu, juga
bersaing dengan kehadiran para misionaris Kristen di Barat.
Pada perkembangannya Islam mampu menjadi agama mayoritas di Asia
Tenggara. Banyak faktor yang menerangkan tentang hal tersebut, antara lain :
Pertama,
pedagang Muslim asing yang datang ke Asia Tenggara memperkenalkan Islam guna
mendapatkan keunggulan ekonomi dan politik di kalangan masyarakat pribumi. Para
pedagang Muslim memperkenalkan ketentuan-ketentuan hukum Islam mengenai
perdagangan dan mengambil keuntungan ekonomi secara maksimal sehingga mampu
membatasi adanya pilihan terhadap agama-agama lain.
Bangsa
Barat datang dengan membawa agama Kristen. Namun Kristen tidak begitu
berkembang di Nusantara tapi justru Islam-lah yang berkembang pesat karena
penyebaran Islam tidak dihalangi oleh pemerintah colonial dan mereka juga tidak
memaksakan agama Kristen kepada penduduk setempat. Kehadiran kolonis merangsang
terjadinya proses Islamisasi dan intensifikasi lebih lanjut di kawasan ini.
Identifikasi kolonis sebagai penjajah kafir, menjadikan Islam sebagai wadah
integrative masyarakat pribumi yang saat itu terbelah oleh berbagai faktor
sosial dan cultural dalam menghadapi penjajah Barat. Kepercayaan nenek moyang
atau system tradisional lainnya tidak mampu tampil sebagai alternative
identifikasi dan mekanisme pertahanan diri di tengah meningkatnya bahaya dan
sewenag-wenangan kolonisme Barat, kecuali Jawa yang pernah jadi pusat kekuasaan
politik Hindu-Budha yang sudah diinternalisasikan dengan kebudayaan Jawa, maka
tidak ada wilayah lain di Asia Tenggara yang mendalam dipenetrasi oleh
Hindu-Budha. Ketentuan-ketentuan universal-transendetal Hindu tidak pernah
berlaku, di Jawa sekalipun. Sistem adat atau tradisi pribumi yang sangat
bersifat lokal, partikularistik dan divisive, sehingga tidak bisa tiharapkan
tampil menjadi faktor integrative.
Kedua,
adanya kesamaan bentuk Islam yang pertama kali datang ke Indonesia dengan sifat
mistik dan sinkretisme kebudayaan nenek moyang setempat. Islam tasawwuf
diterima oleh penduduk pribumi sehingga Islam mampu hidup berdampingan secara
damai dengan kepercayaan nenek moyang Jawa. Muncul kaum santri, abangan dan
priyayi.
Ketiga,
teori lain menurut ahli-ahli Kristen. Sifat Islam yang sederhana mengandung
unsure-unsur perkauman (tribalisme) yang menyebabkan Islam mudah dan cepat
berkembang di kalangan masyarakat yang memiliki system kepercayaan dan tradisi
yang tidak canggih. Kesederhanaan Islam cukup dengan membaca dua kalimat
shahadah. Tapi Islam bukan sekedar shahadah tetapi banyak mengandung banyak
ajaran lain yang menyangkut segala aspek kehidupan. Seperti yang diungkapkan
oleh Snouck Hourgonje bahwa Islam tidak sesederhana itu karena perkembangan
Islam di Timur Tengah sendiri diwarnai dengan Liberalisme.
Proses Islamisasi dan intensifikasi ke-Islaman banyak dipengaruhi oleh
situasi dan faktor-faktor local yang menyebabkan timbulnya perbedaan-perbedaan
dalam tingkat penetrasi Islam di kawasan Asia Tenggara yang berakibat perbedaan
pandangan, penghaytan, dan pengamalan Islam oleh penganutnya. Islamisasi dan
intensifikasi merupakan proses konversi kepada Islam dan peningkatan kesadaran
serta upaya untuk memahami dan mengamalkan Islam sesuai dengan doktrin-doktrin
yang sebenarnya, yang bersih dari bid’ah dan percampuran dengan unsure-unsur
non Islam lainnya. Proses ini disebut sebagai kembali kepada Al-Quran dan
Hadits.
Pembentukan kebudayaan dan tatanan politik Islam di dunia dapat berkembang
karena adanya tasawwuf. Proses internasionalisasi Islam tasawwuf tidaklah
berjalan sendiri, karena diperlukan adanya keterikatan tasawwuf kepada shari’ah
secara sufistik.
CARA- CARA MASUKNYA ISLAM
Menurut Uka
Tjandra Sasmita, prorses masukya Islam ke Asia Tenggara yang berkembang ada
enam, yaitu:
1. Saluran
perdagangan
Pada taraf
permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan
lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagangpedagang
Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari
negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi
melaui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan
turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan
saham. Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari
luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu
menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa
yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa
banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri yang
sedang goyah, tetapi karena factor hubungan ekonomi drengan
pedagang-rpedrarrgarng Muslim.
Perkembangan
selanjutnya mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di
tempat-tempat tinggalnya.
2. Saluran
perkawinan
Dari sudut
ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada
kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan,
tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin mereka
diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan
mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan
Muslim.
Dalam
perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan
bangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur
perkawinan ini jauh lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan
anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau
bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang
terjadi antara Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung
Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang mempunyai
keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.
3. Saluran
Tasawuf
Pengajar-pengajar
tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengana jaran yang
sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan.
Diantara mereka juga ada yang mengawini puteri-puteri bangsawab setempat.
Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai
persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu,
sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli
tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran
Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan
Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih
dikembangkan di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.
4. Saluran
prendidikan
Islamisasi
juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan
oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon
ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari
pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak ketempat
tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden
rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Kleuaran pesantren ini
banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan Agama Islam.
5. Saluran
kesenian
Saluran
Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang.
Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan
wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para
penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita
wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam serita
itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lainnya juga
dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni
bangunan dan seni ukir.
6. Saluran
politik
Di Maluku
dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk
Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam
di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia
Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi
kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak
menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
Untuk lebih
memperjelas bagaimana proses masuknya agama Islam di Asia Tenggara ini, ada 3
teori diharapkan dapat membantu memperjelas tentang penerimaan Islam yang
sebenarnya:
a. Menekankan
peran kaum pedagang yang telah melembagakan diri mereka di beberapa wilayah
pesisir lndonesia, dan wilayah Asia Tenggara yang lain yang kemudian melakukan
asimilasi dengan jalan menikah dengan beberapa keluarga penguasa local yang
telah menyumbangkan peran diplomatik, dan pengalaman lnternasional terhadap
perusahaan perdagangan para penguasa pesisir. Kelompok pertama yang memeluk
agama lslam adalah dari penguasa lokal yang berusaha menarik simpati
lalu-lintas Muslim dan menjadi persekutuan dalam bersaing menghadapi
pedagang-pedagang Hindu dari Jawa. Beberapa tokoh di wilayah pesisir tersebut
menjadikan konversi ke agama lslam untuk melegitimasi perlawanan mereka
terhadap otoritas Majapahit dan untuk melepaskan diri dari pemerintahan
beberapa lmperium wilayah tengah Jawa.
b. Menekankan
peran kaum misionari dari Gujarat, Bengal dan Arabia. Kedatangan para sufi
bukan hanya sebagai guru tetapi sekaligus juga sebagai pedagang dan politisi
yang memasuki lingkungan istana para penguasa, perkampungan kaum pedagang, dan
memasuki perkampungan di wilayah pedalaman. Mereka mampu mengkomunikasikan visi
agama mereka dalam bentuknya, yang sesuai dengan keyakinan yang telah
berkembang di wilayah Asia Tenggara. Dengan demikian dimungkinkan bahwa
masuknya Islam ke Asia Tenggara agaknya tidak lepas dengan kultur daerah
setempat.
c. Lebih
menekankan makna lslam bagi masyarakat umum dari pada bagi kalangan elite
pemerintah. Islam telah menyumbang sebuah landasan ldeologis bagi kebajikan
lndividual, bagi solidaritas kaum tani dan komunitas pedagang, dan bagi
lntegrasi kelompok parochial yang lebih kecil menjadi masyarakat yang lebih
besar (Lapidus, 1999:720-721). Agaknya ketiga teori tersebut bisa jadi semuanya
berlaku, sekalipun dalam kondisi yang berbeda antara satu daerah dengan yang
lainnya. Tidak terdapat proses tunggal atau sumber tunggal bagi penyebaran
lslam di Asia Tenggara, namun para pedagang dan kaum sufi pengembara, pengaruh
para murid, dan penyebaran berbagai sekolah agaknya merupakan faktor penyebaran
lslam yang sangat penting.
B.
Penyebaran Islam di Asia Tenggara dan Indonesia
Sejak abad
pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah mempunyai
kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan
internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia
Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional
yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu
kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu
China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan
Dinasti Umayyah (660-749).
Mulai abad
ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab sudah turut
serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri China. Pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang,
telah dating empat orang Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama,
bertempat di Canton (Guangzhou), yang kedua menetap dikota Chow, yang ketiga
dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang Muslim pertama, Sa’ad bin
Abi Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi Muhammad SAW dalam
sejarah Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto, yang disebut
masjid Wa-Zhin-Zi (masjid kenangan atas nabi).
Karena itu, sampai sekarang kaum Muslim China membanggakan sejarah
perkembangan Islam di negeri mereka, yang dibawa langsung oleh sahabat dekat
Nabi Muhammad SAW sendiri, sejak abad ke-7 dan sesudahnya. Makin banyak orang
Muslim berdatangan ke negeri China baik sebagai pedagang maupun mubaligh yang
secara khusus melakukan penyebaran Islam. Sejak abad ke-7 dan abad selanjutnya
Islam telah datang di daerah bagian Timur Asia, yaitu di negeri China,
khususnya China Selatan. Namun ini menimbulkan pertanyaan tentang kedatangan
Islam di daerah Asia Tenggara. Sebagaimana dikemukakan diatas Selat Malaka
sejak abad tersebut sudah mempunyai kedudukan penting. Karena itu, boleh jadi
para pedagang dan munaligh Arab dan Persia yang sampai di China Selatan juga menempuh
pelayaran melalui Selat Malaka. Kedatangan Islam di Asia Tenggara dapat
dihubungkan dengan pemberitaan dari I-Cing, seorang musafir Budha, yang
mengadakan perjalanan dengan kapal yang di sebutnya kapal Po-Sse di Canton pada
tahun 671. Ia kemudian berlayar menuju arah selatan ke Bhoga (di duga daerah
Palembang di Sumatera Selatan). Selain pemberitaan tersebut, dalam
Hsin-Ting-Shu dari masa Dinasti yang terdapat laporan yang menceritakan orang
Ta-Shih mempunyai niat untuk menyerang kerajaan Ho-Ling di bawah pemerintahan
Ratu Sima (674).
Dari sumber tersebut, ada dua sebutan yaitu Po-Sse dan Ta-Shih. Menurut
beberapa ahli, yang dimaksud dengan Po-Sse adalah Persia dan yang dimaksud
dengan Ta-Shih adalah Arab. Jadi jelaslah bahwa orang Persia dan Arab sudah
hadir di Asia Tenggara sejak abad-7 dengan membawa ajaran Islam.
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli sejarah tentang tempat orang
Ta Shih. Ada yang menyebut bahwa mereka berada di Pesisir Barat Sumatera atau
di Palembang. Namun adapula yang memperkirakannya di Kuala Barang di daerah
Terengganu. Terlepas dari beda pendapat ini, jelas bahwa tempat tersebut berada
di bagian Barat Asia Tenggara. Juga ada pemberitaan China (sekitar tahun 758)
dari Hikayat Dinasti Tang yang melaporkan peristiwa pemberontakan yang
dilakukan orang Ta-Shih dan Po-Se. Mereka mersak dan membakar kota Canton
(Guangzhoo) untuk membantu kaum petani melawan pemerintahan Kaisar Hitsung
(878-899).
Setelah melakukan perusakan dan pembakaran kota Canton itu, orang Ta-Shih
dan Po-Se menyingkir dengan kapal. Mereka ke Kedah dan Palembang untuk meminta
perlindungan dari kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan berita ini terlihat bahwa
orang Arab dan Persia yang sudah merupakan komunitas Muslim itu mampu melakukan
kegiatan politik dan perlawanan terhadap penguasa China. Ada beberapa pendapat
dari para ahli sejarah mengenai masuknya Islam ke Indonesia :
1. Menurut Zainal Arifin Abbas,
Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M (684 M). Pada tahun tersebut
datang seorang pemimpin Arab ke Tiongkok dan sudah mempunyai pengikut dari
Sumatera Utara. Jadi, agama Islam masuk pertama
kali ke Indonesia di Sumatera Utara.
2. Menurut Dr.
Hamka, Agama Islam masuk ke Indonesia pada tahun 674 M. Berdasarkan catatan
Tiongkok , saat itu datang seorang utusan raja Arab Ta Cheh (kemungkinan
Muawiyah bin Abu Sufyan) ke Kerajaan Ho Ling (Kaling/Kalingga) untuk
membuktikan keadilan, kemakmuran dan keamanan pemerintah Ratu Shima di Jawa.
3. Menurut
Drs. Juneid Parinduri, Agama Islam masuk ke Indonesia pada tahun 670 M karena
di Barus Tapanuli, didapatkan sebuah makam yang berangka Haa-Miim yang berarti
tahun 670 M.
4. Seminar
tentang masuknya Islam ke Indonesia di Medan tanggal 17-20 Maret 1963,
mengambil kesimpulan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad I H/abad 7 M
langsung dari Arab. Daerah pertama yang didatangi ialah pasisir Sumatera.
Sedangkan
perkembangan Agama Islam di Indonesia sampai berdirinya kerajaankerajaan Islam
di bagi menjadi tiga fase, antara lain :
a. Singgahnya
pedagang-pedagang Islam di pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Sumbernya adalah
berita luar negeri, terutama Cina;
b. Adanya
komunitas-komunitas Islam di beberapa daerah kepulauan Indonesia. Sumbernya di
samping berita-berita asing juga makam-makam Islam;
c. Berdirinya
kerajaan-kerajaan Islam (Abdullah, 1991:39).
C.
Perkembangan Keagamaan dan Peradaban
Sebagaimana
telah diuraikan di atas, pada term penyebaran Islam di Asia Tenggara yang tidak
terlepas dari kaum pedagang Muslim. Hingga kontrol ekonomi pun di monopoli oleh
mereka. Disamping itu pengaruh ajaran Islam sendiripun telah mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan Masyarakat Asia Tenggara. Islam mentransformasikan
budaya masyarakat yang telah di-Islamkan di kawasan ini, secara bertahap. Islam
dan etos yang lahir darinya muncul sebagai dasar kebudayaan.
Namun dari
masyarakat yang telah di-Islamkan dengan sedikit muatan lokal. Islamisasi dari
kawasan Asia Tenggara ini membawa persamaan di bidang pendidikan. Pendidikan
tidak lagi menjadi hak istimewa kaum bangsawan. Tradisi pendidikan Islam
melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Setiap Muslim diharapkan mampu membaca
al Qur’an dan memahami asas-asas Islam secara rasional dan dan dengan belajar
huruf Arab diperkenalkan dan digunakan di seluruh wilayah dari Aceh hingga
Mindanao. Bahasabahasa lokal diperluasnya dengan kosa-kata dan gaya bahasa
Arab. Bahasa Melayu secara khusus dipergunakan sebagai bahasa sehari-hari di
Asia Tenggara dan menjadi media pengajaran agama. Bahasa Melayu juga punya
peran yang penting bagi pemersatu seluruh wilayah itu.
Sejumlah
karya bermutu di bidang teologi, hukum, sastra dan sejarah, segera bermunculan.
Banyak daerah di wilayah ini seperti Pasai, Malaka dan Aceh juga Pattani muncul
sebagai pusat pengajaran agama yang menjadi daya tarik para pelajar dari
sejumlah penjuru wilayah ini.
System
pendidikan Islam kemudian segera di rancang. Dalam banyak batas, Masjid atau
Surau menjadi lembaga pusat pengajaran. Namun beberapa lembaga seperti
pesantren di Jawa dan pondok di Semenanjung Melaya segera berdiri. Hubungan
dengan pusat-pusat pendidikan di Dunia Islam segera di bina. Tradisi pengajaran
Paripatetis yang mendahului kedatangan Islam di wilayah ini tetap berlangsung.
Ibadah Haji ke Tanah Suci di selenggarakan, dan ikatan emosional, spritual,
psikologis, dan intelektual dengan kaum Muslim Timur Tengah segera terjalin.
Lebih dari itu arus imigrasi masyarakat Arab ke wilayah ini semakin deras.
Di bawah
bimbingan para ulama Arab dan dukungan negara, wilayah ini melahirkan
ulama-ulama pribumi yang segera mengambil kepemimpinan lslam di wilayah ini.
Semua perkembangan bisa dikatakan karena lslam, kemudian melahirkan pandangan
hidup kaum Muslim yang unik di wilayah ini. Sambil tetap memberi penekanan pada
keunggulan lslam, pandangan hdup ini juga memungkinkan unsur-unsur local masuk
dalam pemikiran para ulama pribumi. Mengenai masalah identitas, internalisasi
Islam, atau paling tidak aspek luarnya, oleh pendudukan kepulauan membuat Islam
muncul sebagai kesatuan yang utuh dari jiwa dan identitas subyektif mereka.
Namun fragmentasi politik yang mewarnai wilayah ini, di sisi lain, juga
melahirkan perasaan akan perbedaan identitas politik diantara penduduk yang
telah di Islamkan.
PENUTUP
KESIMPULAN
Studi mengenai
Islam di Asia Tenggara mempunyai sumber-sumber histiriografi sejarah awal Islam
di kawasan ini tidak terlalu dapat dijadikan pegangan, walaupun begitu tidak
dapat diabaikan sama sekali. Secara keseluruhan catatan-catatan mengenai
Islamisasi di Asia Tenggara yang terdapat pada literature dan tradisi Melayu
serta Indonedia tidak terlalu banyak dipercaya walaupun terdapat semacam
keseragaman tentang catatan-catatan itu.
Daftar
pustaka
http://www.perfspot.com/docs/doc.asp?id=84714
www.tugu.com
Dan
sumber-sumber yang lain.
makalah Pendidik dan Peserta Didik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Keberhasilan dalam Penyelenggaraan lembaga pendidikan (sekolah) akan sangat
bergantung kepada Manajemen komponen-komponen
pendukung pelaksanaan kegiatan seperti kurikulum, peserta Didik,
Pembiayaan, Tenaga Pelaksana, dan sarana prasarana.
Komponen Peserta Didik Keberadaannya
sangat dibutuhkan, terlebih bahwa pelaksanaan kegiatan Pendidikan sekolah,
Peserta didik merupakan subyek sekaligus objek dalam proses transformasi ilmu
pengetahuan dan keterampilan-keterampilan
yang diperlukan. Oleh karena itu keberadaan peserta didik tidak hanya sekedar
memenuhi kebutuhan saja, akan tetapi harus merupakan bagian dari kemutuan dari lembagaan pendidikan (sekolah).
Artinya bahwa dibutuhkan Manajemen
Peserta didik yang bermutu bagi lembaga pendidik (sekolah) itu sendiri.
Sehingga peserta didik itu dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi
fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.
Manajemen peserta didik berupaya mengisi kebutuhan akan layanan yang baik
tersebut, mulai dari peserta didik tersebut mendaftarkan diri ke sekolah sampai
peserta didik tersebut menyelesaikan studi disekolah tersebut.
Tenaga pendidik dan kependidikan dalam proses pendidikan memegang peranan
strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan
kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan . Dipandang dari dimensi
pembelajaran, peranan pendidik (Guru, Dosen, Pamong, Pelajar, Instruktur,
Tutor, Widyaiswara) dalam masyarakat indonesia
tetap dominan sekalipun sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan
dalam proses pembelajaran berkembang dengan cepat. Fungsi mereka tidak akan
bisa seluruhnya dihilangkan sebagai pendidik dan kependidikan (kepala sekolah,
pengawas, tenaga perpustakaan, tenaga administrasi) mereka bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan melayanan
tehnis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Sehubungan dengan tuntutan ke arah profesionalisme tenaga pendidik dan
kependidikan, maka semakin dirasakannya desakan untuk peningkatan mutu
pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan yang telah menjadi komitmen
pendidikan nasional.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa Pengertian Manajemen Peserta Didik ?
2.
Apa Tujuan, Fungsi dan Prinsip Manajemen Peserta
Didik ?
3.
Bagaimana Ruang
lingkup manajemen peserta didik ?
4.
Apa Definisi Manajemen Tenaga pendidik dan
Kependidikan ?
5.
Apa Tujuan Manajemen Tenaga pendidik dan
Kependidikan ?
6.
Apa Tugas dan Fungsi Tenaga pendidik dan
Kependidikan ?
7.
Bagaimana Aktivitas Manajemen Tenaga pendidik dan
Kependidikan ?
1.3
Tujuan
1.
Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen Peserta
Didik
2.
Untuk Mengetahui Tujuan, Fungsi dan Prinsip
Manajemen Peserta Didik
3.
Untuk Mengetahui Ruang lingkup
manajemen peserta didik
4.
Untuk Mengetahui Definisi Manajemen Tenaga
pendidik dan Kependidikan
5.
Untuk Mengetahui Tujuan Manajemen Tenaga pendidik
dan Kependidikan
6.
Untuk Mengetahui Tugas dan Fungsi Tenaga pendidik
dan Kependidikan
7.
Untuk Mengetahui Aktivitas Manajemen Tenaga
pendidik dan Kependidikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manajemen Peserta Didik
Pengertian
Manajemen Peserta Didik
Merupakan penggabungan dari kata Manajemen dan Peserta Didik, Secara etimologis, menajemen
merupakan terjemahan dari management (bahasa inggris). Kata ini berasal dari bahasa latin,
perancis dan italia yaitu manus, mano, manage, menege dan meneggeiare
berarti melatih kuda agar dapat dapat melangkah dan menari seperti yang
dikehendaki pelatihnya. Terry (1953) mendefinisikan manajemen sebagai pencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya melalui usaha oranglain, menurut
pendapat lain manajemen adalah suatu proses yang dilakukan agar suatu usaha
dapat berjalan dengan baik memerlukan
perencanaan, pemikiran, pengarahan, dan peraturan serta mempergunakan atau
mengikut sertakan semua potensi yang
ada baik personal maupun material secara efektif dan efisien.
Peserta didik mempunyai sebutan yang berbeda-beda. Pada Taman kanak-kanak disebut
anak didik. Pada jenjang pendidikan menengah disebut siswa. Sedangkan pada
jenjang pendidikan tinggi disebut mahasiswa. Disamping itu ada sebutan lain
seperti :murid, pembelajar,
santri, trainee dsb.
Manajemen peserta didik atau (pupil Personnel
Administration) adalah layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan, dan layanan siswa di
kelas dan di luar kelas seperti : Pengenalan, pendaftaran, layanan individuan
seperti pengembangan
keseluruhan kemampuan, minat , kebutuhan sampai ia matang sekolah.
(Knezevich, 1961). Manajemen peserta didik juga diartikan sebagai usaha pengaturan
terhadap peserta didik masuk sekolah sampai mereka lulus sekolah.
2.2 Tujuan, Fungsi dan
Prinsip Manajemen Peserta Didik
Tujuan peserta
didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan
tersebut menunjang proses pembelajaran di lembaga pendidikan (sekolah); lebih
lanjut, proses pembelajaran di lembaga tersebut (sekolah) daapat berjalan
lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian
tujuan sekolah dan tujuan pendidikan.
Fungsi
manajemen peserta didik adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk
mengembangkan diri se-optimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi
individualitas, segi sosial, aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi peserta
didik yang lainnya. Agar tujuan dan fungsi manajemen peserta didik dapat
tercapai, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya.
Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1)
Dalam mengembangkan manajemen
kepeserta didikan, penyelenggara harus mengacu pada peraturan yang berlaku pada
saat program dilaksanakan.
2)
Manajemen peserta didik
dipandang sebagai bagian keseluruhan manajemen sekolah. Oleh karena itu harus
memiliki tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan manajemen sekolah
secara keseluruhan.
3)
Segala bentuk kegiatan
manajemen peserta didik haruslah mengemban misi pendidikan dan dalam rangka
mendidik peserta didik.
4)
Kegiatan-kegiatan manajemen
peserta didik haruslah diupayakan untuk mempersatukan peserta yang mempunyai
keragaman latar belakang dan punya banyak perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang
ada pada peserta didik tidak diarahkan bagi munculnya konflik diantara mereka
melainkan justru untuk mempersatukan, saling memahami dan saling menghargai.
Sehingga setiap peserta didik memilki wahana untuk berkembang secara optimal.
5)
Kegiatan manajemen peserta
didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta
didik.
6)
Kegiatan peserta didik
haruslah mendorong dan memacu kemandirian peserta didik. Prinsip kemandirian
juga akan bermanfaat tidak hanya ketika disekolah, melainkan juga ketika sudah
terjun ke masyaraat
7)
Kegiatan manajemen peserta
didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik, bai disekolah
lebih-lebih di masa depan.
2.3. Ruang lingkup manajemen peserta didik
Semua kegiatan disekolah pada
akhirnya ditujukan untuk membantu peserta didik mengembangkan dirinya. Upaya
itu akan optimal jika peserta didik itu secara sendiri berupaya aktif
mengembangkan diri sesuai dengan program-program yang dilakuan sekolah. Oleh
karena itu sangat penting untuk menciptakan kondisi agar peserta didik dapat
mengembangkan diri secara optimal. Sebagai pemimpin disekolah, kepala sekolah
memegang peran penting dalam
menciptakan kondisi tersebut.
Dengan demikian manajemen peserta
didik itu bukanlah dalam bentuk pencatatan data peserta didik saja, melainkan
meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat digunakan untuk
membantu kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui
proses pendidikan sekolah.
Ruang lingkup manajemen peserta
didik itu meliputi :
a. analisis
kebutuhan peserta didik
langah pertama dalam kegiatan manajemen
peserta didik adalah melakukan analisis kebutuhan yaitu penetapan siswa yang
dibutuhkan oleh lembaga pendidikan (sekolah). Kegiatan yang dilakukan dalam
langkah ini adalah :
1) merencanaan
jumlah peserta didik yang akan diterima.
Menentuka
jumlah peserta didik yang akan diterima perlu dilakukan sebuah lembaga
pendidikan, agar layanan terhadap peserta didik bisa dilakukan secara optimal.
Besarnya jumlah peserta didik yang akan diterima harus mempertimbangkan hal-hal
berikut :
Ø
Daya tampung kelas atau
jumlah kelas yang tersedia. Jumlah peserta didik dalam satu kelas (ukuran
kelas) berdasarkan kebijakan pemerintah berkisar
antara 40-45 orang. Sedangkan ukuran kelas yang ideal secara teoritik berjumlah
25-30 peserta didik per satu kelas.
Ø
Rasio murid dan guru. Yang
dimaksud rasio murid guru adalah perbandingan antara banyaknya peserta didik
dengan guru perfultimer. Secara ideal rasio murid guru adalah 1:30.
2) menyusun program kegiatan
kesiswaan
Penyusun program kegiatan bagi siswa
selama mengikuti pendidian disekolah harus didasarkan pada :
Ø
Visi dan misi lembaga
pendidikan (sekolah) yang bersangkutan
Ø
Minat dan bakat peserta
didik
Ø
Sarana dan prasarana yang
ada
Ø
Anggaran yang tersedia
Ø
Tenaga kependidikan yang
ada
b. Kriteria
Penerimaan Peserta Didik Baru
Ada tiga macam kriteria penerimaan peserta didik, Pertama,
adalah kriteria acuan patokan ( standard criterian referenced), yaitu
suatu penerimaan peserta didik yang didasarkan atas patokan – patokan yang
telah ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini, sekolah terlebih dahulu membuat
patokan bagi calon peserta didik dengan kemampuan minimal setingkat dengan
sekolah yang menerima peserta didik.
Sebagai konsekuensi dari penerimaan yang didasarkan
atas kriteria, jika semua calon peserta didik
yang mengikuti seleksi memenuhi patokan minimal yang ditentukan maka mereka harus diterima semua.
Sebaliknya, jika calon peserta didik yang mendaftar kurang memenuhi patokan
minimal yang akan ditentuka, peserta didik akan ditolak atau tidak diterima.
Kedua,
Kriteria acuan norma ( Norm criterian referenced), yaitu penerimaan
calon peserta didik yang didasarkan atas keseluruhan prestasi calon peserta
didik yang mengikuti seleksi. Dalam hal ini sekolah menetapkan kriteria
penerimaan berdasarkan prestasi keseluruhan peserta didik. Keseluruhan prestasi
peserta didik yang nilainya berada dan diatas rata-rata, digolongkan sebagai
calon yang dapat diterima sebagai calon peserta didik. Sementara yang berada di
bawah rata-rata termasuk peserta didik yang tidak diterima.
Ketiga, Kriteria yang didasarkan atas
daya tampung sekolah, sekolah
terlebih dahulu menentukan berapa jumlah
daya tampungannya, atau berapa calon peserta didik baru yang akan diterima.
Setelah sekolah menentukan, kemudian merangking prestasi siwa mulai dari yang
berprestasi paling tinggi sampai dengan prestasi paling rendah. Penentuan
peserta didik yang diterima dilakukan dengan cara mengurutkan dari atas
kebawah, sampai daya tampung tersebut terpenuhi.
-
Prosedur Penerimaan Peserta Didik Baru
Penerimaan peserta didik termasuk salah satu aktivitas penting dalam manajemen
peserta didik. Sebab aktivitas penerimaan ini menentukan seberapa kualitas
input yang dapat diterima oleh sekolah tersebut.
Adapun prosedur
penerimaan peserta didik baru adalah pembentukan panitia penerimaan peserta
didik baru, rapat penentuan peserta didik baru, pembuatan, pesangan atau
pengiriman pengumuman, pendaftaran peserta didik baru, seleksi, penentuan
pesrta didik yang diterima, pengumuman peserta didik yang diterima dan
regristasi preserta didik yang diterima.
-
Pembentukan Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru
Kegiatan pertama yang harus dilakukan oleh kepala
sekolah dalam penerimaan peserta didik baru adalah pembentuka panitia. Panitia
ini dibentuk dengan maksud agar secepat mungkin melaksanakan pekerjaannya.
Panitia yang sudah terbentuk, umumnya diformalkan dengan menggunakan Surat
Keputusan (SK) Kepala Sekolah.
Adapun
deskripsi panitia adalah sebagai berikut
1.
Ketua Umum 2. Ketua Pelaksana 3. Sekretaris 4. Bendahara 5. Pembantu umum 6. Seksi Kesekretariatan 7. Seksi
Pengumuman / Publikasi 8. Seksi Pendaftaran 9. Seksi Pengawasan 10. Seksi
Seleksi.
-
Rapat Penerimaaan Peserta Didik Baru
Rapat
penerimaan peserta didik dipimpin oleh wakil kepala sekolah urusan kesiswaan.
Yang dibicarakan dalam rapat ini adalah seseluruan ketentuaan penerimaan
peserta didik baru. Walaupun penerimaan peserta didik merupakan pekerjaan rutin
yang dilakukan setiap tahun, tetapi ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan
penerimaan harus senantiasa dibicarakan agar tidak dilupakan oleh mereka yang
terlibat.
Dalam rapat ini,
keseluruhan anggota panitia dapat berbicara sesuai dengan kapasitas mereka
masing-masing. Aktifitas-aktivitas yang akan dilakukan dibixcarakan setuntas
mungkin sehingga setelah rapat selesai, seluruh anggota panitia tinggal
menintak lanjuti saja. Apa yang sudah diputudskan dalam rapat hendaknya tidak
dimentahkan, melainkan diikuti dengan langkah selanjutnya.
Hasil rapat panitia
penerimaan peserta didik baru tersebut, dicatat dalam buku notulen rapat . Buku
notulen rapat merupakan buku catatan tentang rapat yang dapat dijadikan sebagai
salah satu bahan untuk keputusan-keputusan sekkolah. Dalam rapat banyak sekali
pikiran-pikiran dan gagasan cemerlang yang perlu didokumentasikan. Bahan untuk
mendokumentasikannya melalui buku catatan rapat.
-
Pembuatan, Pengiriman atau Pemasangan Pengumuman
Setelah rapat mengenai penerimaan peserta
didik baru berhasil mengambil keputusan-keputusan penting, seksi pengumuman
membuat pengumuman yang berisi hal-hal sebagai berikut: Gambar singkat mengenai sekolah, Persyaratan pendaftaran peserta didik baru, Cara pendaftaran, Waktu pendaftaran, Tempat pendaftaran, Berapa uang pendaftarannya, Waktu dan seleksi dilakukan (hari,
tanggal, dan tempat), Kapan
pengumuman hasil seleksi diumumkan.
-
Pendaftaran Calon Peserta Didik Baru
Yang harus disediakan pada sat pendaftaran peserta didik
baru adalah: Loket pendaftaran, loket informasi, dan formulir pendaftaran.
Sedangkan yang harus diketahui oleh calon peserta adalah kapan formulir boleh
diambil, bagaimana cara pengisian firmulir tersebut, dan kapan formulir yang
sudah terisi dikembalikan.
-
Seleksi Peserta Didik Baru
Seleksi peserta didik baru, dengan menggunakan nilai
raport (jika menggunakan system PMDK) dan nilai ebtanas murni jika menggunakan
system danem, juga menggunakan tes. Jika yang digunakan sebagai alat seleksi
adalah tes, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah mengatur pengawas
tes, dan peserta tes.
-
Penentuan Jumlah Peserta Didik yang diterima
Jumlah calon
siswa yang akan diterima di suatu sekolah sangat bergantung pada jumlah kelas
atau fasilitas tempat duduk yang tersedia, maksudnya, jumlah yang akan diterima
di sekolah disesuaikan dengan fasilitas terutama jumlah gedung yang akan
ditempati ketika siswa telah diterima di sekolah terrsebut.
-
Pendaftaran Ulang
Calon peserta didik yang dinyatakan diterima harus
mendaftar ulang dengan memenuhi persyaratandan kelengkapan yang diminta oleh
sekolah. Sekolah harus menetapkan batas waktu pendaftaran ulang dimulai dan
ditutup. Peserta didik yang mendaftar ulang dicatat dalam buku induk sekolah.
C. Orientasi
Siswa Baru
Orientasi Siswa Baru adalah Kegiatan yang merupakan
salah satu bagian dalam rangka proses penerimaan siswa baru. Istilah yang
sering digunakan adalah MOS (Masa Orientasi Siswa Baru). Tujuannya yaitu
Pengenalan bagi siwa baru mengenai keadaan – keadaan sekolah antara lain
meliputi Tata tertib, kondisi siswa, serta pengenalan pelajaran yang akan
dihadapi, dengan maksud agar siswa tidak mengalami kejanggalan dalam menempuh
studi.
D.
penempatan peserta didik
sebelum
peserta didik yang telah diterima dilembaga pendidikan (sekolah) mengiuti
proses pembelajaran, telebih dahulu dikelompokan dalam kelompok belajarnya. Pengelompoan peserta didik
yang dilaksanaan pada sekolah-sekolah sebagian besar didasarkan pada sistem
kelas.
Menurut
William A jeager dalam mengelompokan peserta didik dapat didasarka pada :
Ø
Fungsi integrasi, yaitu
pengelompokan yang didasarkan atas kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta
didik. Pengelompokan ini berdasarkan jenis kelamin, umur dan sebagainya.
Pengelompokan fungsi ini menghasilkan pembelajaran yang bersifat klasikal.
Ø
Fungsi perbedaan, yaitu
pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas perbedaan-perbedaan yang ada dalam individu peserta
didik, seperti minat bakat, kemampuan dan sebagainya. Pengelompoan berdasarkan
fungsi ini menghasilkan pembelajaran yang bersifat individual.
f. pembinaan
dan pengembangan peserta didik
Langkah berikutnya dalam
manajemen peserta didik adalah melakukan pembinaan dan pengembangan pada
peserta didik. Pembinaan dan pengembangan peserta didik dilakukan sehingga anak mendapatkan bermacam-macam pengalaman belajar
untuk bekal kehidupannya yang akan datang. Untuk mendapatkan pengetahuan atau pengalaman belajar ini , peserta
didik harus melakukan bermacam-macam kegiatan. Lembaga pendidikan (sekolah)
dalam pembinaan dan pengembangan peserta didik biasanya melakukan kegiatan
yang disebut dengan kegiatan yang kurikuler dan kegiatan ekstra kurikuler.
Kegiatan kurikuler adalah semua
kegiatan yang telah ditentukan didalam kurikulum yang pelaksanaannya dilakukan
pada jam-jam pelajaran. Kegiatan kurikuler dalam bentuk proses belajar mengajar
dikelas dengan nama mata pelajaran atau bidang studi yang ada di sekolah.
Dalam kegiatan pembinaan dan
pengembangan inilah peserta didik diproses untuk menjadi manusia yang bisa
diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan. Bakat, minat dan kemampuan peserta
didik harus ditumbuh kembangkan
secara optimal melalui kegiatan kurikuler dan
estra kuriuler.
Keberhasilan pembinaan dan
pengembangan peserta didik diukur melaui proses yang dilakukan oleh lembaga
pendidikan (oleh guru). Ukuran
yang sering digunakan adalah naik kelas dan tidak naik kelas bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat akhir
serta lulus dan tidak lulus bagi perserta didik yang ada ditingkat akhir suatu
lembaga pendidikan.
g. pencatatan
dan pelaporan
Kegiatan pencatatan dan pelaporan ini dimulai
sejak peserta didik itu diterima disekolah tersebut sampai mereka tamat atau meninggalkan sekolah
tersebut. Pencatatan tentang kondisi peserta didik perlu dilakukan agar pihak
lembaga dapat memberikan
pembimbingan yang optimal pada peserta
didik.untuk melakukan
pencatatan dan pelaporan diperlukan peralatan dan perlengkapan yang dapat
mempermudah.
h. kelulusan
dan alumni
proses kelulusan adalah kegiatan
paling akhir dari manajemen peserta didik.
Kelulusan adalah pernyataan dari lembaga pendidikan (sekolah) tentang
telah diselesaikannya program pendidikan yang harus diikuti oleh peserta didik.
Setelah peserta didik selesai mengikuti seluruh program di suatu lembaga
pendidikan dan berhasil lulus
dan ujian akhir, maka kepada peserta didik tersebut diberikan surat keterangan lulus atau sertifikat.
Umumnya surat keterangan tersebut sering disebut ijazah atau surat tanda tamat
belajar (STTB).
Ketika peserta didik telah lulus,
maka secara formal hubungan antara peserta didik dan lembaga selesai. Namun
demikian, diharapkan hubungan antara alumni dan sekolah tetap terjalin. Dari
hubungan sekolah dan alumni ini, lembaga pendidikan (sekolah) bisa memanfaatkan
hasil-hasilnya. Lembaga pendidikan (sekolah) bisa menjaring informasi. Misalnya
informasi tentang materi pelajaran mana yang sangat membantu untuk studi
selanjutnya. Mungkin juga informasi tentang lapangan kerja yang bisa dijangkau
bagi alumni lainnya.
Hubungan antara sekolah dengan para
alumni bisa dipelihara lewat pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh para
alumni, yang biasa disebut “reuni”. Bahkan saat ini setiap lembaga pendidikan
(sekolah) ada organisasi alumninya. Misalnya IKA(ikatan alumni). Prestasi yang
dicapai alumni dari lembaga pendidikan (sekolah) ini perlu didata dan dicatat
oleh lembaga. Sebab data tersebut sangat berguna bagi lembaga dalam
mempromosikan lembaga pendidikannya.
Layanan Khusus yang menunjang Manajemen
Peserta Didik
a.
Layanan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan
dan Konseling merupakan terjemahan dari ‘’guidance’’ dan ‘’Counseling’’
dalam bahasa inggris . Secara harfiyah, istilah ‘’guidance’’ dari akar
kata ‘’guide’’ berarti 1.) Mengarahkan (to direct), 2.) Memandu (to
pilot), 3.) Mengelola (to manage) dan 4.) Menyetir (to Steer).
Banyak pengertian yang dikemukakan diantaranya adalah Sunaryo Kartadinata
(1998: 3) mengartikan sebagai proses membantu individu untuk mencapai
perkembangan optimal.’’ Sementara Rochman Natawidjaja (1987: 37) mengartikan
bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan
secara berkesinambungan, supaya individu tersebut memahami dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai
dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan
kehidupan masyarakat pada umumnya.
b.
Layanan Perpustakaan
perpustakaan merupakan salah
satu unit yang memberikan layanan kepada peserta didik, dengan maksud membantu dan menunjang proses pembelajaran di sekolah, melayani
informasi-informasi yang dibutuhkan serta memberikan layanan rekreatif melalui koleksi bahan pustaka.
Perpustakaan sekolah merupakan
perangkat kelengkapan pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan disekolah.
Keberadaan perpustakaan disekolah sangatlah penting. Perpustakaan sekolah
sering disebut sebagai jantungnya sekolah, karena yang menjadi denyut nadi
proses pembelajaran disekolah adalah perpustakaan. Perpustakaan juga dipandang
sebagai kunci bagi ilmu pengetahuan dan inti setiap proses pembelajaran
disekolah.
c.
Layanan Kantin atau Kafetaria
Kantin atau
warung sekolah Sangat diperlukan adanya supaya makanan yang dibeli peserta
didik trjamin kebersihannya dan cukup mengandung mengandung gizi. Tujuan adanya
kantin adalah agar peserta didik tidak sembarangan membeli makanan di luar
sekolah.
d.
Layanan Kesehatan
Layanan
kesehatan disekolah biasanya dibentuk sebuah wadah bernama Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS). Usaha Kegiatan Sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang
dijalankan disekolah.Sasaran utama UKS adalah untuk meningkatkan atau membina
kesehatan murid dan lingkungan hidupnya.
e.
Layanan Transportasi Sekolah
Saran
Angkutan (Transportasi) bagi peserta didik merupakan salah satu penunjang untuk
kelancaran Proses belajar mengajar. Para Peserta Didik akan merasa aman dan
dapat masuk atau pulang sekolah dengan waktu yang tepat. Transportasi diperlukan
terutama bagi peserta didik ditingkat prasekolah dan pendidikan dasar.
f.
Layanan Asrama
Bagi peserta
didik khususnya jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, terutama
bagi mereka yang jauh dari orang tua diperlukan adanya asrama. Selain bermanfaat
untuk peserta didik dan petugas asrama.
2.4
Definisi Manajemen Tenaga pendidik dan Kependidikan
a. Definisi Manajemen
Managemen
yang dikembangkan dari kata to manage, yang artinya mengatur atau mengelola.
Kata manage itu sendiri berasal dari italia maneggio yang diadopsi dari bahasa
latin managiare, yang berasal dari kata manus
yang artinya tangan .
b. Definisi Tenaga pendidikan
Menurut
Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 1 ayat
5 dan 6 yang dimaksud dengan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Sedangkan pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, atau sebutan lain serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
C. Definisi Manajemen Tenaga Pendidik dan
kependidikan
Dalam
organisasi pendidikan tenaga pendidik dan kependidikan ini merupakan sumber
daya manusia potensi yang turut berperan dalam mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
Menejemen
tenaga pendidik dan kependidikan adalah aktivitas yang harus dilakukan mulai
dari tenaga pendidik dan kependidikan itu masuk kedalam organisasi pendidikan
sampai akhirnya berhenti melalui proses perencanaan SDM, perekrutan, seleksi,
penempatan, pemberian kompensasi, penghargaan, pendidikan dan latuhan /
pengembangan dan pemberhentian.
2.5 Tujuan Manajemen Tenaga pendidik dan
Kependidikan
Tujuan Manajemen Tenaga Pendidik dan
Kependidikan mengarahkan pada pembangunan pendidikan yang bermutu, membentuk
SDM yang handal, produktif, kreatif dan berprestasi. Di negara indonesia ada salah satu Direktorat Tenaga Pendidik di
bawah Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Kependidikan (PMPTK) yang memiliki
wewenang untuk mengatur, mengeloal tenaga pendidik dan kependidikan.
Berdasarkan
(Permendiknas No. 8 Tahun 2005) TUGAS DITJEN PMPTK Direktorat Jendral
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan mempunyai tugas merumuskan
serta melaksanakan kebijakan standarisasi teknis di bidang peningkatan mutu
pendidik dan Tenaga kependidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan nonformal.
2.6 Tugas dan Fungsi Tenaga pendidik
dan Kependidikan
Berdasarkan Undang Undang no 20 tahun 2003
Pasal 39
1.) Tenaga Kependidikan
bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
2.) Pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tunggi.
Secara khusus tugas dan fungsi tenaga
pendidik (guru dan dosen) berdasarkan pada Undang Undang no 14 tahub 2007,
yaitu sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional,
pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta mengabdi pada
masyarakat.
2.7 Aktivitas Manajemen Tenaga pendidik dan
Kependidikan
1. Perencanaan
Perencanaan manajemen tenaga pendidik dan
kependidikan adalah pengembangan dan strategi dan penyusunan tenaga pendidik dan
kependidikan yang komprehensif guna memenuhi kebutuhan organisasi di masa
depan. Perencanaan SDM merupakan awal
dari pelaksanaan fungsi manajemen SDM. Ada beberapa metode yang digunakan dalam
merencanakan SDM antara lain :
a.
Metode Tradisional
Metode ini biasanya disebut sebagai
perencanaan tenaga kerja, hanya memperhatikan masalah jumlah tenaga kerja serta
jenis dan tingkat keterampilan dalam organisasi. Model ini pada saat ini
dianggap terlalu sempit karena hanya membahas perencanaan jumlah tenaga kerja
dan perhatian tidak sesuai pada keterampilan, selain itu meningkatkan kesadaran
untuk memperhatikan masalah – masalah yang bersifat kualitatif, seperti tentang
prilaku pendidik serta budaya dan sistem organisasi.
b.
Metode Terintegrasi
Segala aspek yang penting dalam pembuatan dan
pencapaian visi organisasi ataupun SDM turut diperhatikan. Dalam perencanaan
ini segala perencanaan berpusat pada visi strategi. Visi tersebut dijadikan
standar pencapaian.
c.
Seleksi
Dalam proses seleksi pegawai perlu
ditetapkan suatu dasar yang rasional dan seragam serta diterapkan secara tegas
sehingga akan memberikan keyakinan kepada para pelamar, masyarakat, dan pegawai
sekolah bahwa kemampuan merupakan faktor kunci yang menentukan diterima atau
ditolaknya seorang calon.
2.
Manajemen Kinerja
Manajemen Kinerja adalah suatu proses yang
berlangsung terus menerus berkaitan dengan
fungsi-fungsi manajerial kinerja. Secara teknis program ini memang harus
dimulai dengan meneapkan tujuan dan sasran yaitu ‘’ kinerja dalam bentuk apa
dan bagaimana yang akan dicapai. Karena yang menjadi objek adalah kinerja
manusia, maka bentuk yang paling umum tentunya adalah kinerja dalam
bentuk’’produktivitas’’ sumber daya manusia.
3.
Pemberian Kompensasi
Program kompensasi atau balas jasa umumnya
bertujuan untuk kepentingan perusahaan, karyawan dan pemerintah. Supaya tujuan
tercapai dan memberikan kepuasan bagi semua pihak hendaknya program pemberian
kompensasi ini didasarkan pada prinsip adil dan wajar.
4.
Pengembangan Karier
Pengembangan karier adalah suatu kondisi
yang menunjukan adanya peningkatan-peningkatan status seseorang dalam suatu
organisasi dalam jalur karier yang telah ditetapkan dalam organisasi yang
bersangkutan.
5.
Pemberhentian
Pemberhentian adalah fungsi operatif
terakhir manajemen SDM. Fungsi pemberhentian harus mendapat perhatian serius
dari pimpinan, pemberhentian didasarkan pada UU no 12 tahun 1964 KUHP,
berkeprimanusiaan dan menghargai pengabdian yang diberikan kepada organisasi.
Adapun alasan lasan pemberhentian adalah sebagai berikut :
·
Undang-Undang
·
Keinginan Perusahaan
·
Keinginan Karyawan
·
Pensiun
·
Kontrak Kerja Berakhir
·
Kesehatan Karyawan
·
Meninggal Dunia
·
Perusahaan dilikuidasi
Proses Pemberhentian
·
Musyawarah Karyawan dan Pimpinan
·
Musyawarah
pimpinan serikat buruh dengan pimpinan
·
Pemutusan berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen Peserta Didik diartikan sebagai usaha
pengaturan terhadap peserta didik mulai masuk sampai lulus sekolah. Tujuan
manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar
kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran di lembaga pendidikan
(sekolah). Ruang lingkup Peserta didik meliputi : Analisis kebutuhan peserta
didik, Rekruitmen peserta didik, seleksi peserta didik, Orientasi, Penempatan
peserta didik (Pembagian Kelas), pembinaan dan pengembangan peserta didik, Pencatatan
dan pelaporan, Kelulusan dan Alumni. Adapun layanan khusus yang menunjang
Manajemen Peserta didik adalah Layanan Bimbingan dan Konseling, Layanan
perpustakaan, layanan kantin / kafetaria, layanan kesehatan, layanan
transportasi sekolah, layanan asrama.
Manajemen
tenaga pendidik dan kependidikan adalah aktivitas yang harus dilakukan mulai
dari tenaga pendidik dan kependidikan itu masuk ke dalam organisasi pendidik
sampai akhirnya berhenti melalui proses
perencanaan SDM, perekrutan, seleksi, penempatan, pemberian kompensasi,
penghargaan pendidik atau latihan / pengembangan dan pemberhentian.
DAFTAR PUSTAKA
Idrus, ali. 2009
Manajemen pendidikan global (visi, aksi &adaptasi). GP press:
Jakarta
Uno, B hamzah. 2007. Profesi
kependidikan. problema, solusi dan reformasi pendidikan diindonesia. PT bumi aksara: Jakarta
Saud, syaefudin, udin. 2009.
Pengembangan profesi guru. CV. Alfabeta:
Bandung
Rizali, ahmad dkk. 2009 Dari
guru konvensional menuju GURU PROFESIONAL. PT grasindo: jakarta
Rugaiyah, Sismiati dan
atiek. 2011. Profesi kependidikan. Ghalia Indonesia: Bogor
Tim Dosen Administrasi
pendidikan universitas pendidikan indonesia. .2009. MANAJEMEN PENDIDIKAN. Alfabeta:
Bandung
Rohani, Ahmad. 2010. PENGELOLAAN
PENGAJARAN, sebuah pengantar menuju guru profesional. PT rineka cipta:
Jakarta
Usman, user dan Mohammad. 1990.
MENJADI GURU PROFESIONAL. PT Remaja Rosdakarya: Bandung
Langganan:
Postingan (Atom)